Diceritakan oleh Koh ASan
_____
Alkisah, suatu hari di bulan February, saudari Alderina berencana untuk berlibur ke Jakarta! *ih, berlibur kok ya ke Jakarta! * Tak lama kemudian, undangan untuk melaksanakan ibadah kopi-darat kepada anggota Kopdar Jakarta pun diterbitkan.
Btw, kenapa disebut ibadah? Ya, karena menurut saya, kopi-darat itu kan merupakan prosesi bersilaturahmi, ya toh? ;p
Nah, di hari sabtu yang mbiru, hari yang ditunggu Alderina pun tiba. Ibadah kopi-darat dilaksanakan di Grand Indonesia, lokasi yang bagi saya membosankan, pun mata saya terasa lebih relaks karena banyak melihat perempuan cantik disana-sini.
Alderina, gadis blogger usia belia aseli Surabaya, menunggu penghuni milis Kopdar Jakarta di Food Louver lantai 3 sekitar pukul 6 sore WITA (Waktu Indonesia bagian Jakarta). Saya juga segera menyusul kesana, dan sesampainya di Food Louver, yang pertama kali saya temukan malah Mak Chic bersama Joey, suaminya tercinta, dan ternyata mereka belum berhasil menemukan Alderina alias Sharon.
Lantas, saya tidak ambil diam. Saya berinisiatif mencari Cici Alderina di tengah lautan Cici dan Kokoh yang sedang memenuhi Food Louver.
*jeng jeng jeng*
Saya menemukan Cici Alderina di sebuah sudut sedang ngemil bakpao! *kejadian ini cuma terjadi di kepala saya aja*
Setelah bertemu Cici Alderina yang setelah ditelusuri sedang menderita alergi seafood. (Cici bilang, “aku itu kalo abis makan seafood, mesti badanku bengkak-bengkak je … ”). Si Cici pun mengajak kami (saya, Mak Chic dan Joey) untuk mencari lokasi lain. Entah kenapa ketika itu, saya tergoda untuk menggendong Vio, anaknya Mak Chic yang semakin tampan seperti saya.
Di tengah perjalanan mencari tempat lain, Cici Alderina mengajak saya dan Vio untuk menepi di Pasta de Waraku. Berikut kilasan percakapan kami:
—
Cici Alderina (CA): Koh, aku lagi pengen makan di Pasta de Waraku! Yuk? (berasa diajak ngobrol sama istri yang aseli Tionghoa, dan bawa anaknya digendongan)
Koh ASan (KA): He? (kepala menengok ke kanan, berusaha membaca plang restoran “Wa-Ra-Ku”) Ya hayuk, dha ini restorannya! (sotoy gila ya saya)
CA: Ini ta? Tenan ta?
KA: (gak sabar, karena nggendong Vio makin kerasa berat) Ha itu, mbok woco wae tulisane “Wa-Ra-Ku”.
CA: Ho iya! (ternyata Cici Alderina sama bodonya mbek saya!)
—
Gak lama, seorang pelayanan mendudukkan kami di sebuah meja untuk 10 orang. Kami pun duduk di meja tersebut! *eh, maksud saya di kursinya*
*drrrrtttt drrrrtttt* (hape saya bergetar, karena Mak Chic menelfon.)
—
MakChic (MC): dimana e?
KA: disini! (telunjuk nunjuk meja.)
MC: he? jadinya kemana? (terdengar agak bingung)
KA: kesini! (telunjuk nunjuk meja lagi.)
MC: hadeeh, serius ah!? kamu sama Sharon jadinya kemana?
KA: di Pasta de Waraku! bagian dalam ya!
MC: ha? kok aku ndak liat? kalian di Wa-Ra-Ku? atau Pasta de Wa-Ra-Ku?
KA: beda ya? (merasa bodoh!)
MC: hadeeeh … beda dong … maunya kemana? yang Pasta?
KA: iya, yang Pasta … (makin merasa bodoh)
MC: ya bukan disitu!?! tapi, disini!! (sepertinya, telunjuknya MC pun menunjuk ke lantai dimana dia berdiri saat itu)
*tut tut tut* (telfon dipadamkan)
—
Saya bersama dengan Cici Alderina dan Vio pun melangkahkan kaki ke Pasta de Wa-Ra-Ku yang sebenarnya.
— bersambung —
Komentar KoJakers